Jumat, 05 September 2014

MAKASSAR


 
LOSARI PANTAIKU
KONRO MAKANANKU
BADIK SENJATAKU
KAREBOSI LAPANGANKU 
ITULAH MAKASSAR


Berganti nama dari Ujung Pandang  menjadi Makassar, kota terbesar di Indonesia bagian timur ini adalah gerbang ke Indonesia bagian timur sekaligus pintu menuju petualangan ke dataran tinggi Tana Toraja. Sebuah tempat dimana Anda dapat nikmati panorama dan keajaiban budaya menakjubkan masyarakatnya.

Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan berada di tengah kepulauan Indonesia dengan penerbangan tersibuk di bagian timur. Bandar Udara Sultan Hassanudin saat ini adalah salah satu bandara termodern di Indonesia yang menghubungkan para pelancong dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta sekitar Sulawesi sendiri. Sementara itu ke arah jauh di timur Indonesia menjadi lanjutan penerbangan dari dan ke Maluku dan Papua.

Sejak abad ke-14, Makassar juga telah dikenal sebagai pelabuhan laut tersibuk di Nusantara, tempat dimana kapal-kapal dagang dari China, India, dan Kamboja melakukan transaksi komoditas sutera, teh, dan keramik yang ditukar dengan cengkeh, pala, dan mutiara dari Maluku serta dengan emas dan hasil hutan dari Sulawesi. Abad ke-16, ketika Eropa menemukan jalur pelayaran ke pulau rempah-rempah yang mereka cari selama ini, adalah bangsa Spanyol dan Portugis kemudian menjadikan Makassar sebagai pintu gerbang penting untuk menyimpan rempah-rempah sebelum mereka jual ke Eropa.

Sementara itu, di semenanjung selatan Sulawesi, kelompok etnis Bugis, Makassar, dan Mandar telah terkenal sejak dahulu karena kemahirannya berlayar di lautan dan membuat perahu pinisi yang cekatan menerjang ombak. Mereka juga berhasil mengembangkan hasil perikanan, pengolahan lahan pertanian untuk komoditas perdagangan.  Selain hasil bumi, orang Sulawesi Selatan juga piawai menciptakan karya sastra yang diwariskan hingga sekarang. Epos berjudul “I la Galigo” adalah mahakarya yang telah diakui sebagai sastra Bugis yang mendunia. Di sini berkembang pula tarian yang anggun dimana penarinya mengenakan kostum sutra berwarna cerah dengan asesoris nan cantik.

Rabu, 03 September 2014

Kontak Kami

Terimah kasih telah mengunjungi halaman ini. Anda dapat menghubungi kami dengan beberapa  kontak berikut di bawah ini. Kami sangat senang apabila anda bertanya dan berkonsultasi tentang penyajian kami. TERIMAH KASIH.

Twitter  :@syarifuddin_01
Email     : syarifuddinbk@gmail.com
Pin BB  : 75F8A730
No. hp  : +6282293077687

TENTANG KAMI

blog SENIMAN MANDAR Adalah situs blog yang di bangun mempermudah mengetahui tentang karakteristi SENIMAN MANDAR itu seperti apa. disini kita shering pengalam dan pengetahuan seperti apa itu SENIMAN MANDAR.

Senin, 01 September 2014

Alat Musik Tradisional Mandar


Alat Musik Tradisional Mandar Musik tradisional khas daerah Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, yang merupakan warisan leluhur hendaknya dikembangkan sebagai khazanah kekayaan budaya yang dimiliki daerah ini.

Kepala Bidang Komunikasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sulawesi Barat (Sulbar), Sadar, di Mamuju, Minggu, mengatakan, banyak musik tradisional daerah Mandar kini mulai tak terdengar gaungnya sehingga perlu segera dilestarikan kembali seperti musik rebana, tambolang, sayang-sayang, kecapi maupun keke.

Menurutnya, beberapa jenis musik tradisional khas Mandar kini tak lagi diketahui generasi muda yang ada saat sekarang ini akibat jarang dipentaskan.

"Mestinya, kearifan lokal budaya jenis musik ini kembali dimasukkan dalam kurikulum pendidikan agar potensi budaya yang begitu membanggakan dapat dinikmati generasi pelanjut," tuturnya.




Ia mengatakan, musik tradisional kecapi dan rebana meraih prestasi membanggakan dalam pelaksanaan Pekan Informasi (PIN) di kota Solo baru-baru ini.








"Saat pelaksanaan PIN di Solo, Sulbar hanya meraih juara pada pementasan musik tradisional dari 29 provinsi yang mengikuti kegiatan tersebut," ucapnya.

Karenanya, kata dia, saatnya pengembangan musik tradisional perlu digemakan kembali dengan cara memperbanyak kegiatan vestival musik tradisional serta memasukkan dalam kurikulum muatan pembelajaran pada tataran sekolah dasar.

"Jika kegiatan pementasan musik tradisional rutin dilaksanakan, maka jelas daerah ini akan melahirkan pemusik tradisional yang handal. Saat ini, kita hanya mengandalkan beberapa orang saja yang memang selama ini banyak berkecimpung dalam sanggar seni yang ada di Kabupaten Polman," ucapnya.

Permainan alat musik keke dan musik tradisional lainnya, kata dia, sudah mati suri sejak lima puluh tahun lalu sehingga generasi sekarang sudah tak mengenal permainan musik tersebut.

Keke biasanya dibuat dari bambu maupun dari batang padi yang dililit dengan daun kelapa. Dulu, jika musim panen raya padi tiba, maka jelas bunyi suara keke akan menggema dimana-mana yang dimainkan oleh anak-anak. Sekarang ini, musim panen tiba sudah tak ada lagi yang terdengar," ucapnya.

Ia berharap, pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata turut melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki daerah ini.

Kecapi Mandar Kian Terlupakan


Suku Mandar di Sulawesi Barat, sebenarnya memiliki kekayaan seni yang tinggi. Salah satunya kecapi mandar. Namun, belakangan ini alat musik tradisional itu semakin langka peminatnya. Buktinya, pentas kecapi mandar yang diselenggarakan di Kecamatan Mapilli, Polewali, Sulbar, belum lama ini, hanya dinikmati segelintir orang. Saat ini, pemain alat musik khas suku Mandar rata-rata telah berusia lanjut. Tak hanya itu, anak-anak muda di daerah Sulbar yang menyukai pertunjukan kecapi mandar hanya sedikit. Tak mengherankan, bila seniman kecapi hanya mendapat sedikit uang dari penonton yang bersimpati. Padahal, pentas yang diiringi empat gadis cantik yang mewakili empat tokoh adat di Tanah Mandar ini sempat jaya di era 80-an. Biasanya, syair lagu yang dinyanyikan mereka berisi kebajikan dan ajaran agama.
Para pemuka adat saat ini berupaya agar generasi muda menyukai kecapi mandar. Bahkan, Koordinator Budaya Lembaga Kerapatan Adat Balanipa, Sulbar, Suyadi mendesak pemerintah setempat juga ikut berperan untuk menjaga kelestarian kecapi yang menyerupai bentuk perahu itu.(DNP/Edy Junaedi)

sumber: Liputan6.com

POTENSI KEPARIWISATAAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR

 
A. PENDAHULUAN
Kabupaten Polewali Mandar adalah sebuah kabupaten yang dalam peta administratif masuk ke dalam wilayah Sulawesi Barat melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Sebelum dinamakan Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2004, daerah ini bernama Polewali Mamasa (Polmas) yang secara administratif berada dalam wilayah Sulawesi Selatan. Setelah terjadi pemekaran Kabupaten Mamasa sebagai kabupaten sendiri, nama kabupaten Polewali Mamasa pun diganti menjadi Kabupaten Polewali Mandar.
Kabupaten Polewali Mandar memiliki sejumlah kekhasan, seperti kekayaan alam dan kebudayaan sebagai potensi pariwisata yang besar dibandingkan dengan daerah lain di Sulawesi Barat. Diantara potensi besar tersebut adalah, wisata bahari, wisata alam, wisata budaya dan kerajinan yang tersebar hampir disemua kecamatan. Mulai dari wisata bahari kepulauan dan pesisir pantai yang sangat indah dan alami. Ditambah dengan wisata pedalaman yang memiliki wisata tirta, wisata ritual dan situs hingga wisata sosial dan publik yang juga menawarkan sejuta keindahan kebudayaan dan alam yang eksotis.
Bagi siapapun pejalan budaya dan petandang wisata tentu akan pulang membawa sejuta kesan yang tak dapat dilupakan. Sebab segera setelah matahari terbit dari ujung timur, maka hamparan kilauan pasir putih disepanjang pantai ditambah aktivitas para nelayan yang turun melaut atau pulau dari laut, mulai dariKKecamatan Binuang hingga Kecamatan Tinambung akan membentang panorama nan eksotis yang menawarkan sejuta kedamaian sekaligus penegasan akan ketegaran para pelaut ulung Mandar. Menyusur samudera dengan Sandeq (perahu bercadas khas Mandar).
Akhirnya bersiap-siaplah untuk menjadi To Mandar (orang Mandar). Dengan datang dan meneguk wai marandanna (air putih-nya) orang mandar di Kabupaten Polewali Mandar, ditemani simpul senyum warga masyarakat ramah dan setiap saat siap menjadi penyaksi dan teman setiap kedatangan pejalan budaya dan wisatawan.
Mewakili seluruh staf Pemerintah Kabupaten Polewali Mandarmenyatakan akan memberikan pelayanan kepada para petandan budaya dan wisatawan. Terlebih, bantuan kepada investor untuk berinvestasi di daerah yang tengah mengembangkan investasi di berbagai bidang. Utamanya bidang perdagangan, pertambangan dan gas yang ke depan akan kian kompetitif, mengikat kekhasan kekayaan potensi yang baik.
Selamat datang di Kabupaten Polewali Mandar.
B. SAMBUTAN BUPATI
Kami mengucapkan selamat datang dan haturan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu pencapaian pembangunan di Kabupaten Polewali Mandar. Khususnya di bidang kebudayaan, seni dan Kepariwisataan.
Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022.30 km2 yang terbagi dalam 15 kecamatan terletak di antara 20 40″303�00�LU dan 11��040�27�BT yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mamasa do Sebelah Utara, Kabupaten Pinrang di Sebelah Timur, Selat Makassar Sebelah Selatan dan Kabupaten Majene di Sebelah Barat.
Ditakdirkan memiliki beragam keunikan dan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari kekayaan kebudayaan, kekayaan alam pesisiran, bahari dan pedalaman. Serta karya cipta seni budayayang merupakan representasi pintal nilai-nilai kearifan orang Mandar yang melekat pada setiap masyarakatnya.
Selaku pemerintah, kami tentu sangat menyambut positif diterbitkan buku profil kebudayaan dan pariwisata ini. Sebab bagi kami, ini adalah bahagian dari cara Kami mentafsir konsep dasar kepemimpinan Mandar yang memahami� tarrare do alloo tammatindo di wongi mappikkirri atuowanna pa�banua� (gelisah di siang hari, tak lelap di malam hari, memikirkan prima untuk warga masyarakat). Yang lalu terjewantahkan ke dalam visi kabupaten yang berorientasi kepada terwujudnya masyarakat Kabupaten Polewali Mandar bernafaskan ajaran agama dan nilai-nilai budaya sipamandar ( saling menguatkan).
Nah, tentu hal ini tidaklah berlebihan, sebab kekayaan kebudayaan, seni dan keragaman eksotika alam di Polewali mandar ini adalah potensi dan aset yang tak ternilai. Utamanya dalam melecut minat investor, para pejalan budaya dan wisatawan untuk berivestasi dan bertandan ke Kabupaten Polewali Mandar.
Akhirnya dengan rendah hati, Kami mengundang para investor, pejalan budaya, para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung serta menikmati kakhasan dan keunikan sewni budaya dan alam di Kabupaten Polewali mandar. Terima Kasih …..
C. SAMBUTAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Selamat datang
Dengan segenap kerendahan hati, Kami mengucapkan tawe� para salama� to pole anna toripolei ( selamat kepada Anda yang pendatang dan kami yag didatangi). Haturan terima kasih Kami sampaikan, serta ajakan kepada Anda untuk datang mengenal dan berjabat tangan erat lebih dekat dan lebih karib dengan kami.
Jamaknya pembuka tirai, Kami menyingkapkan keistimewaan, keunikan dan kekhasan panorama alam yang teramat sangat alami dan eksotis, kekhasan kebudayaan, situs dan ritual yang memikat di warnai seulas senyum Kami bersama warga Kabupten Polewali Mandar. Melihat dari dekat keistimewaan perahu Sandeq. Perahu bercadik yangn memintal peradaban degan mengarungi gelombang samudera sebagai penegasan bahwa pelaut Mandar, benarlah pelaut yang ulung. Atau tentang pintal sarung sutera Mandar penegasan komitmen kesetiaan perempuan-perempuan Mandar yang telah mendunia melintasi batas-batas area budaya. Serta situs penegasan hukum dan demokrasi yang telah mengantarkan Mandar kepada keemasan sejarah sebuah peradaban. Sebuah entitas agung nan luhur.
Dengan pelayanan prima, Kami siap menunggui untuk menemani para pejalan budaya, wisatawan mancanegara dan domestik untuk melihat dan merasakan kekhasan kami dengan setumpuk pasilitas-pasilitas pelayanan sebagai kabupaten yang telah siap untuk didatangi. Sehingga, sekali lagi, dengan rendah hati Kami menyampaikan, bahwa segera setelah matahari terbit dari balik gulungan gelombang dan ombak teluk Mandar, Kami telah siap mengantarkan anda hingga matahari terbenam di puncak-puncak bebukitan yang menawarkan sejuta eksotika. Meninggalkan jejak-jejak yang tidak terlupakan, sebagai sebuah kehangatan. Bukan sebagai mimpi, tetapi sebuah kenyataan kehangatan kebudayaan tanah Mandar.
Akhirnya, Kami mengundang anda semua untuk bertandang ke Kabupaten Polewali Mandar dimana puncak pencapaian keemasan kebudayaan Mandar.
D. POTENSI SUMBER DAYA ALAM MARITIM
Kabupaten Polewali Mandar, sebagai kabupaten yang memiliki kekhasan kebudayan maritim menjadi tidaklah lengkap jika tidak melihat dan mandatangi pulau-pulau yang bertebaran di sepanjang pantai Polewali. Tercatat sedikitnya ada 6 pulau-pulau kecil mulai dari Pulau Battoa, Pulau Tangnga, Pulau Tosalama�, Pulau Gusung Toraja dan Pulau Karamasang serta Pulau Panampeang yang bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan perahu motor milik warga yang menjangkar di Kecamatan Binuang dan Kecamatan Polewali dengan jarak tempuh sekitar setengah jam perjalanan. Yang menarik dari pulau ini, selain keindahan alamnya, beberapa diantaranya pulau-pulau ini hingga kini belumlah berpenghuni. Sehingga cukup refresentatif untuk ditempati bersantai atau rekreasi bersama keluarga ditemani semilir angin laut dan debur gelombang yang lembut, tenang dan berahabat seraya memancing, berjemur dan berenang.
Selain beberapa pulau ini tidak berpenghuni, khusus pulau � pulau yang berpenghuni juga menawarkan beragam aktivitas masyarakat khas masyarakat pesisiran yang menarik dan selalu tampil dengan seulas senyum ramah menyambut siapa saja yang datang bertandang ke tempat ini. Belum lagi flora dan fauna laut yang juga menawarkan keindahan tersendiri. Ditambah denga belantara hutanbakau yang beberapa diantaranya meliuk dan menambah keindahan bibir pantai pulau-pulau ini.
Sebelum mencapai pulau-pulau ini, utamanya jika perjalanan laut yang ditempuh menyusuri peisir pantai dan dimulai dari Kecamatan Polewali, seain aktivitas penangkapan ikan secara tradisional akan banyak ditemui, pemandangan bagang yang berdiri tegak diatas permukaan laut pun akan banyak dijumpai. Termasuk aktivitas penambak rumput laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Seakan menegaskan, betapa karibnya masyarakat sekitar pulau ini dengan laut. Sebagai tempat mereka untuk menafkahi hidup dan mengisi waktu dalam kehidupan mereka.
Aktivitas lainnya yang juga akan sangat banyak ditemui disepanjang perjalanan menuju pulau-pulau tersebut, adalah beberapa warga masyarakat yang mencari nafkah dengan menangkap ikan menggunakan jala atau alat pancing dari atas perahu-perahu tradisional milik mereka. Sehingga, selain keindahan alam laut yang akan kita tenui dalam perjalanan menyusuri pulau-pulau ini, kita juga akan diperkenalkan denga beragam jenis perahu-perahu tradisonal masyarakat sekitar pulau ini. Mulai dari soppe-soppe, lepa-lepa, ba,go dan lain sebagainya yang kesemuanya itu, mereka gunakan untuk mencari nafkah di lautan.
Palippis sebagai salah satu objek wisata pesisir pantai juga menawarkan keindahan panorama alam laut yang sangat eksotis. Palippis yang terletak di Desa Bala Kecamatan Balanipa ini sekitar 20 Km dari ibu kota Kabupaten Polewali Mandardan terletak di jalan poros Provinsi Sulawesi Barat ini menjadi kian menarik, sebab selain hamparan pasir putih yang memanjang, di sepanjang pantai keindahan alam perbukitan dan batu karang dan tebing dan goa alam pun tertawarkan. Utamanya di Lawuang yang memanjang dan bersambung dengan pantai Palippis dengan garis pantai kurang lebih sepanjang tiga kilo meter juga menawarkan eksotika tebing karang yang menyerupai ngarai.
E. PERAHU SANDEQ
Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat mandar, cukup beralasan memang, sebab kehebatan para pelaut Ulung Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik ini. Dalam keseharian perahu Sandeq digunakan untuk mencari nafkah di laut yang terdalam sekalipun. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan Madagaskar.
Sebab selain ia memiliki bentuk yanng elok nan cantik dengan panjang kurang lebih 9-16 meter dengan lebar 0,5-1 meter juga mampu dipacu hingga kecepatan 15-20 Knot atau 30-40 Km per jam. Sehingga perahu layar yag cantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak yang besar sekalipun. Beberapa even perlombaan pun kerap digelar untuk membuktikan ketangguhan perahu ini. Untuk melihat dari dekat proses pembuatan perahu cadik yang berlayar ini pun dapat ditemui di Pambusuang Kecamatan Balanipa.
F. ALAM PEDALAMAN
Selain objek wisata alam maritim, perjalanan ke Kabupaten Polewali Mandar juga terasa tidak lengkap jika tidak menempuh perjalanan wisata ke arah pedalaman yang juga menawarkan beragam paket keindahan khas masyarakat agraris. Seperti di daerah Kelapa Dua Kecamatan Andreapi sekitar 10 Km dari Polewali juga dari atas puncak hamparan sawah bersusun milik warga juga menawarkan keindahan yang sangat alami. Atai di Mosso Kecamatan Balanipa serta di Alu Kecamatan Alu dengan khas jalannya yang meliuk dan berberbelok-belok dan dari puncak daerah pegunungan ini panorama matahari tenggelam juga dapat ditemukan menghilang di balik pegunungan dengan tempias cahaya yang sangat cantik. Ditambah panorama liukan sungai �sungai yang tampak eksotik dsari atas pegunungannya.
G. WISATA TIRTA
Di daerah pedalaman selain wisata alam dan jenis buah-buahan yang dapat dinikmati pada musim-musim tertentu, seperti durian, langsat dan rambutan sebagai potensi agro wisata. Tak kalah menarinkya, wisata tirta seperti; air terjung bersusun Indo Rannoang dan pemandian Limbong, keduanya di Kecamatan Andreapi. Selain itu, objek wisata tirta lainnya juga dapat ditemui di Biru Kecamatan Binuang, atau Limbong Miala dan Limbong Kamandang di desa Kurra Kecamatan Tapango.
Ditambah objek wisata tirta Sekka-sekka yang terletak di Batupanga Kecamatan Luyo, sekitar kurang lebih 5 Km dari Polewali. Kendati tidak alami, sebab ai merupakan proyek bendungan irigasi, tetapi ia cukup menawarkan panorama yang indah, sebab ditempat ini acara rekreasi pun dapat berlangsung meriah. Sebab selain dapat digunakan sebagai tempat pemandian dan olah raga berenang, acara memancing ikan air tawarpun dapat dilakukan ditempat ini.
H. WISATA RITUAL
Yang cukup khas dari masyarakat Mandar di kabupaten Polewali Mandar adalah beragamnya ritual-ritual adat yang juga menawarkan kehangatan sekaligus kemegahan sebuah kebudayaan. Karena pada ritual-ritual adat tersebut, selain dapat diamati sebagai peristiwa kebudayaan. Juga secara bersamaan dapat tercermati nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat Mandar. Seperti, ritual niparakka�I (pelantikan adat) misalnya. Yang berhak melakukan pelantikan adalah para penghulu adat yang mewakili atau merefresentasi warga masyarakat. Demikian pula bagi yang dilantik, juga mesti telah melalui ritual assipulu-pulungan (musyawarah) untuk menyeleksi appena ( watak) dan pangandaranna (kemampuan) yang lalu dulanjutkan dengan upacara assitaliang (pengucapan) yang dilakukan di depan warga masyarakat dan para penghulu adat. Kendati ritual ini agak jarang ditemukan kecuali pada waktu-waktu tertentu, namun ia cukup menawarkan sebuah fenomena kebudayaan masayarakat yang berdiam di Polewali Mandar.
Ritual lainnya adalah mappatamma (khataman) yang digelar bersamaan dengan pammunuang (maulidan). Yang menarik, sebab ritual serupa ini rutin digelar tiap tahunnya pada bulan-bulan Maulidan dan hampir dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, seperti di Tinambung, Balanipa dan Campalagian, serta Limboro dengan daya tarik utamanya, hadirnya perempuan-perempuan Mandar yang cantik nan kemayu menunggangi kuda pattu�du (menari) ditambah dengan pernak-pernik tiri� (telur yang ditusuk serupa sate) yang menghiasi ritual ini. Sedang kuda menari sendiri juga acapkali pula ditampilkan pada ritual-ritual tradisi lainnya seperti tomesunna� (sunatan), pappalikka (perkawinan), dan acara syukuran atau hajatan serta kenduri budaya lainnya. Lengkap dengan tetabuhan rebana dan tembang kalinda�da (sastra lisan Mandar) yang ditembangkan di depan kuda menari tersebut.
I. WISATA SITUS
Situs seakan menjadi kekuatan lain dari keluhuran kebudayaan masyarakat Mandar yang dapat ditemui dibanyak tLempat di Kabupaten Polewali Mandar sebagai pusat kerajaan Mandar saat mencapai Lpuncak keemasannya. Salah satu situs yang sangat monumental adalah, situs atau makam Todilaling atau Imanyambungi mara�dia (Raja) pertama Balanipa. Situs ini dapat ditemui di atas puncak pegunungan dibawah rimbunnya pohon beringin di Napo Kecamatan Limboro sekitar 5 Km dari jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat.
Sahdan ditempat ini, beberapa perempuan penari dan penabuh rebana serta pengikut setianya dimasukkan ke dalam liang untuk menghibur raja yang telah tinggal jasad itu. Sebagai makna loyalitas dan rasa turut berbelasungkawa yang terdalam. Sehingga menurut cerita yang melegenda, hingga tujuh hari tujuh malam pasca dikebumikan, warga yang ada di sekitar makam masih dapat mendengar suara tetabuhan rebana dari dalam liang makam itu. Hingga akhirnya sunyi senyap, setelah semua pengikut setia sang raja tersebut menghembuskan napas terakhirnya.
Situs lain yang juga menarik untuk dikunjungi adalah situs yang terletak di Alu Kecamatan Alu yang merupakan Makam Ammana Pattowali, salah satu tetua leluhur dan pejuang Mandar. Yang menarik dari situs ini, karena ia tidak dikubur ke dalam tanah, tetapi berdiri tegak dan konon jika situasi dan suhu kampung tidak tenang, semisal akan ada bencana atau keributan di Mandar. Maka situs kuburan ini akan bergerak dan bergeser posisinya. Tetapi akan kembali tegak, ketika kedaan kembali normal. Situs ini terletak sekitar 15 Km ke arah Alu dari jalan poros Kecamatan Tinambung. Untuk sampai di tempat ini, dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan harus melewati jalan berkelok melalui pegunungan dan sepanjang pesisir sungai Mandar.
Selain itu, situs lainnya juga dapat ditemui tidak jauh dari Todilaling di Tammajarra, sekitar 4 Km dari jalan poros, juga diatas puncak bukit adalah situs makam Tomepayung raja kedua kerajaan Balanipa. Yang menarik dalam kawasan situs ini adalah, adanya bala tau (arena sabung orang) yang terbuat dari batu persegi empat dengan luas kurang lebih 4 x 5 meterpersegi. Sebagai tempat eksekusi sengketa yang melibatkan laki-laki. Cukup dengan dibekali keris kedua orang yang bersengketa itu lalu dimasukkan ke dalam arena tersebut. Diyakini, yang terkalahkan sudah pasti berdadi pihak yang salah. Selain arena bala tau, di tempat ini juga terdapat pula tiga tungku besar yang kono adalah tempat untuk mengeksekusi perkara yang melibatkan kaum perempuan. Dengan jalan, kedua pihak yang berperkara memasukkan tanggannya ke dalam tungku yang berisi air mendidih. Hal ini juga diyakini, bagi siapa yang tangannya melepuh maka dialah yang berada di pihak yang bersalah.
Peninggalan situs lainnya, masih pada jaman kerjaan Tomepayung adalah, situs batu yang dikenal sebagai allamingan batu assitaliang yang terletak di Kecamatan Luyo. Sekitar 8 Km dari jalan poros Kecamatan Mapilli. Situs ini adalah simbol dari ikrar persatuan tujuh kerajaan do pedalaman dan tujuh kerajaan di pesisir yang menyatu dalam sebuah komfederasi Mandar abad ke-18.
Wiasata lain yang dapat dikunjungi dan tak kalah menariknya di Kabupaten Polewali Mandar adalah wisata peninggalan sejarah islam. Seperti mesjid Nuruttaubah atau yang lebih dikenal dengan Mesjid Imam Lapeo peninggalan atau warisan Imam Lapeo. Mesjid ini terdapat di Lapeo Kecamatan Campalagian dan berada di jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Barat. Sekitar 30 Km dari Polewali. Di samping mesjid ini pulalah makam Imam Lapeo, salah seorang toko sufistik Mandar yang sangat dalam ilmu keagamaanya berada.
Selain itu, mesjid yang juga monumental bagi sejarah perkembangan islam di Mandar adalah, mesjid tua yang terletak sekitar 2 Km dari jalur jalan provinsi. Terdapat di Desa Lambanan Kecamatan Balanipa. Menurut sejarahnya, mesjid ini didirikan sekitar tahun 1600 M.
Sejarah pengembangan islam yang monumental di Mandar juga dapat ditemui pada makam Syech Al Ma�ruf salah satu penganjur agama Isalam yang pertama di Tanah Mandar yakni sekitar abad XVI. Terletak di Pulau Tosalama Ammassangan Kecamatan Binuang, yang untuk mengunjunginya ditempuh melalui perjalanan laut dengan menggunakan perahu motor, waktu perjalanan sekitar 15 menit dari Polewali. Sebagai penganjur agama Islam yang memiliki kedalaman ilmu agama yang sangat luas, maka Sech Al Ma�ruf lalu kemudian dijuluki To Salama (yang dikeramatkan ). Sebagaimana nama tempat beliau dimakamkan.
J.PAKAIAN ADAT
Pakaian adat masyarakat Mandar, utamanya yang ada di Polewali Mandar juga sangatlah beragam. Namun bagi orang Mandar untuk mengenakan pakaian adat tertentu, mesti mengikuti etika dan tradisi yang telah dianut secara turun temurun. Salah satu pakaian adat Mandar yang cukup pupuler adalah, jenis baju pokko dan passigar. Pakaian adat ini biasanya dikenakan pada acara perkawinan oleh pengantin atau pada saat perempuan menunggang kuda pattu�du (menari). Juga pada saat dilangsungkan acara-acara tradisi kenduri budaya lainnya, lengkap dengan pernak �perniknya seperti dali (subang), gallang (Gelang) dan sebagainya.
K.TRANSPORTASI TRADISIONAL
Yang tak kalah menariknya dicermati saat berkunjung ke Polewali Mandar adalah, kendaraan tradional sebagai alat transportasi yang hingga kini masih banyak digunakan oleh warga. Bagi pelancong juga dapat mengendarainya kendaraan-kendaraan tradisional ini seperti bendi yang digunakan dari satu desa ke desa lainnya. Atau kuda tunggangan untuk menuju beberapa desa yang medannya agak berat di beberapa daerah pedalam. Hingga perahu motor maupun perahu layar yang juga banyak digunakan oleh warga yang menyeberang ke pulau-pulau kecil kecil di Polewali. Bahkan sekedar untuk memancing ikan dan kegiatan rekreatif lainnya. Sehari-hari kendaraan serupa ini digunakan warga untuk aktivitas pencaharian nafkah di laut khusus untuk daerah-daerah pesisiran.
L.AKTIVITAS SOSIAL DAN PUBLIK
Aktivitas warga masyarakat Mandar yang ada di Polewali Mandar yang juga cukup menarik dinikmati adalah aktivitas tradisional dalam mencari nafkah di laut maupun di sungai. Mulai dari memancing ikan di laut atau di sungai, atau sekedar mendayung lepa-lepa (jenis perahu tradisional) untuk menambang pasir di sungai Mandar. Aktivitas ini hampir bisa ditemui di sepanjang pesisir pantai yang memanjang mulai dari Kecamatan Binuang hingga Kecamatan Tinambung. Kecuali penambangan pasir dengan menggunakan alat angkut lepa-lepa hanya dapat ditemui di sepanjang sungai Mandar yang membelah Kecamatan Tinambung dan berada di jalur jalan poros Provinsi Sulawesi Mandar.
M. KONSEP NILAI SIWALI PARRI
Hal lain yang sangat menarik dan cukup unik di Mandar adalah meletaknya konsep nilai siwaliparri�. Konsep siwaliparri� sendiri berangkat dari pemahaman akan kebersamaan dan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam menafkahi kehidupan. Hal ini tergambar dari begitu banyaknya perempuan-perempuan Mandar, utamanya ibu-ibu rumah tangga baik di wilayah pedalaman maupun di pesisir yang ikut membantu suaminya dalam mengerjakan kegiatan yang bernilai ekonomi. Untuk mendukung kehidupan rumah tangga mereka. Mulai dari perempuan menambang pasir di sungai Mandar Tinambung, penjemur gabah, pengambil makanan ternak dan pemikul air enau. Untuk aktivitas serupa inidapat ditemukan hampir ditemukan disemua Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar. Hinga kini, konsep ini masih terus dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat sebagai sebuah nilai budaya luhur orang Mandar.
N. PEREMPUAN YANG BEKERJA
Sehingga dalam keseharian masyarakat Mandar, utamanya yag berdiam di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, pemandangan perempuan-perempuan yang bekerja menjadi sesuatu yang sangat akrab. Mulai dari pembuat gula aren, membuat kasur kapuk, atau perempuan pemecah kemiri serta perempuan pemintal tali. Untuk mengamati aktivitas perempuan-perempuan Mandar ini dapat ditemukan di hampir semua kecamtan. Tetapi untuk aktivitas-aktivitas tertentu, seperti pembuat gula areng dapat ditemukan di daerah pedalaman seperti di Kecamatan Balanipa, Limboro dan Alu serta di beberapa kecamatan lainnya. Demikian pula halnya dengan pembuat kasur kapuk, juga ditemukan di Kecamatan Wonomulyo dan Limboro. Sedangkan perempuan pemintal tali dapat ditemukan di Kecamatan Balanipa dan Limboro.
O. DUNIA ANAK LAUT DAN SUNGAI
Untuk melengkapi kunjungan kita ke Polewali Mandar, di beberapa tempat di dunia permainan anak �anak Mandar juga menawarkan nuansa lain yang menarik, bahkan sayang untuk dilewatkan. Betapa tidak, dari aktivitas permainan mereka, dapat ditemukan kenyataan lain, betapa karibnya mereka dengan alam tempat mereka hidup. Sehingga pemandangan anak-anak yang memancing di pinggir pantai adalah pemandangan yang akan sangat pengasyikkan. Atau di wilayah pedalaman maka mata kita akan dipertemukan dengan dunia riang anak-anak Mandar yang bermain sambil mandi atau mereka yang mengambil air sungai untuk membantu keluarga. Bahkan bisa jadi, akan membuat kita untuk ikut serta menikmati dunia riang mereka. Pemandangan serupa ini dapat kita temukan hampir disemua wilayah pesisiran dan di wilayah pedalaman. Utamanya di sungai Mandar yang bermuara di Kecamatan Tinambung.
P. PASAR TRADISIONAL
Salah satu objek kunjungan yang tak kalah menariknya di Polewali Mandar adalah, pasar-pasar tradisional. Objek ini sangat menarik, sebab beberapa hasil kerajinan dan keterampilan masyarakat Mandar yang bercita rasa tradisional dengan gampang dapat di temukan di tengah-tengah pasar tradisional. Tidak terkecuali makanan khas tradisional mandar juga dapat ditemuka, bahkan dapat dicicipi di pasar-pasar yang juga merata ada hampir di semua kecamatan di Polewali Mandar.
Q. TANGAN TANGAN YANG TERAMPIL
Tak kalah dengan daerah lain, beragam hasil kerajinan dan keterampilan tangan yang bercita rasa artistik tradisional juga dapat dijumpai di Polewali Mandar. Mulai dari proses pembuatan perahu, pembuatan tembikar atau gerabah hingga pada pembuatan keris, parang, jembiah dan senjata tajam lainnya. Khusus pembuatan perahu bermotor maupun yang tradisional dapat ditemui di sepanjang pesisir pantai Kecamatan Campalagian hingga Kecamatan Balanipa dan Tinambung. Untuk pembuatan gerabah atau tembikar dapat pula ditemui di Kecamatan Balanipa. Demikian pula halnya para pandai besi yang menempah keris, jembiah dan senjata tajam lainnya dapat pula ditemukan di Kecamatan Campalagian.
R. SISI LAIN
Sisi lain Kabupaten Polewali Mandar yang juga menarik untuk dimasukkan dalam agenda kunjungan adalah, menengok aktivitas masyarakat kabupaten ini yang memiliki kekhasan tersendiri bagi pejalan budaya dan petandan wisata. Seperti aktivitas nelayan atau penangkap ikan di pesisir dan aktivitas turun sawah untuk yang tinggal di daerah yang memiliki areal persawahan. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal didaerah bantaran sungai akan ditemukan aktivitas mereka ketika turun ke sungai sekedar untuk mandi atau bermain-main. Kesemuanya ini tentu menjadi objek yang juga menarik. Termasuk aktivitas mencari kutu di depan tangga rumah warga diwakt-uwaktu senggang mereka.
S. KESENIAN TRADISIONAL
Salah satu objek wisata di Polewali Mandar yang juga menarik adalah, objek kesenian tradisional mereka. Beberapa kekayaan kesenian tradisional ini dapat dilihat dari kepandaian para seniman tradisi dalam menabuh perkusi jenis rebana dan gendang. Untuk mengamati kegiatan berkesenian mereka dengan pola dan irama khas Mandar dapat dilihat pada saat dilehat acara kenduri budaya atau pesta perkawinan dan acara syukuran. Bahkan acara serupa dapat pula ditemui pada pementasan-pementasan seni taradisional yang memang diperuntukan untuk pergelaran kesenian tradisional masyarakat Mandar.
T. SENI MUSIK TRADISONAL
Selain kepandaian seniman tradisi dalam menabuh perkusi beberapa bentuk kesenian tradisional yang dapat ditemui di Polewali Mandar adalah, kepandaian mereka dalam memainkan kecapi Mandar, keke (alat tiup yang terbuat dari bambu), gongga (alat pukul terbuat dari bambu), calong (alat pukul yang terbuat dari bilah bambu dan batok kelapa). Juga kesenian jenis sayang-sayang yang kesemuanya itu biasa dipertontonkan pada saat digelar acara-acara perkawinan, syukuran dan pergelaran khusus seni pertunjukan.
U. ALAT MUSIK TRADISI DAN DRAMA
Selain alat-alat musik khas Mandar di Kabupaten Polewali Mandar, beberpa bentuk kesenian pun dapat dinikmati seperti pertunjukan seni drama tradisional yang alur ceritanya dan setting penokohannya beranjak dari latar belakang cerita kebudayaan dan tradisi masyarakat Mandar. Karya-karya seupa ini biasanya disusun oleh beberapa kelompok komunitas kesenian rakyat yang memang ajang melakukan aktivitas pertunjukan kesenian rakyat.
V. SENI TARI DAN GERAK
Seni tari dan gerak juga akan menjadi ikon tersendiri masyarakat Mandar di Kabupaten Polewali Mandar, yang menarik untuk dinikmati sebagai persembahan kesenian tradisional. Mulai dari tari tradisional yang menawarkan pergelaran seni tari dengan konsep dasar tari tradisional Mandar seperti Pattu�du hingga pada seni tari yang bersifat eksploratif seperti tari kreasi lainnya. Demikian pula seni gerak lainnya seperti pa�dego dan pa�macca (keduanya sejenis pertunjukan gerak tradisi Mandar) tetapi menyuguhkan gerak-gerak yang indah sehingga layak untuk dikonsumsi sebagai pertunjukan kesenian.
W. SENI KRIYA DAN ARSITEKTUR
Bidang lain dari kesenian khas Mandar yang juga dapat diamati di Polewali Mandar adalah beberapa bentuk ukiran. Mulai dari patung, hingga bentuk-bentuk ukiran untuk hiasan dan rumah-rumah panggung milik warga masyarakatnya. Ada ciri pahatan dan ukiran Mandar yang tersisa disetiap hasil aktivitas kesenian ini. Membuat ia menjadi menarik dan berbeda dengan daerah-daerah lainnya, sebab memiliki nilai dan makna tersendiri sebagai bagian dari pemahaman konsep dasar seni ukir atau pahat dan arsitektur orang Mandar.
X. MAKANAN KHAS
Makanan khas juga menjadi bahagian lain yang menarik untuk dinikmati pada kunjungan setiap orang yang datang ke Kabupaten Polewali Mandar. Ada banyak makanan khas yang tentu tidak akan ditemui di daerah lain. Untuk menikmati makanan khas maka dapat diperoleh di kedai-kedai rakyat yang terdapat di beberapa kecamatan di Polewali Mandar yang untuk mendapatkannya juga langsung dapat dinikmati di tempat pembuatannya. Sekaligus melihat dari dekat proses pembuatannya.
Selain di kedai-kedai rakyat di kampung-kampung, makanan khas Mandar juga dapat diperoleh dibeberapa tempat penjualan di pinggir jalan yang memang telah dipersiapkan menjadi tempat persinggahan bagi para pejalan yang langsung dapat menikmatinya. Seperti di Kecamatan Campalagian dan Tinambung. Selain itu, makanan khas masyarakat Mandar juga dapat diperoleh di beberapa pasar tradisional yang bertebaran hampir di semua kecamatan di Kabupaten ini.
Y. SOUVENIR
Selain penganan atau makanan-makanan khas, untuk melengkapi kunjungan para petandang budaya dan pariwisata di Polewali Mandar. Juga tertawarkan beberapa bentuk dan jenis souvenir yang tersedia di beberapa pasar tradisional. Mulai dari sarung sutera Mandar yang cukup digemari oleh para pendatang dengan keragaman corak dan warna tergantung kepada status penggunanya. Juga bentuk souvenir lain yang berupa keterampilan miniatur perahu sandeq, kecapi Mandar dan beberapa jenis kap lampu yang bahan dan bentuknya diambil dari potensi alam dan budaya Polewali Mandar. Sehingga melakukan perjalanan ke Polewali Mandar, barang bawaan sebagai oleh-oleh bahkan kado perjalanan dari Tanah Mandar kiranya cukup untuk dibagi-bagi sebagai bukti bahwa benar kita telah berkunjung ke Tanah Mandar.
Z. PENUTUP
Segera setelah perjalanan seharian telah terlewatkan di Kabupaten Polewali Mandar. Maka matahari akan kembali ke peraduannya dan mengantarkan setiap pelancong dan pendatang untuk istirahat dan tertidur, seraya mengingat-ngingat kembali betapa indah perjalanan seharian di Tanah Mandar seakan melengkapi sebuah kenyataan bahwa betul kita yang pejalan budaya dan petandang wisata telah menjadi orang Mandar yang sungguh-sungguh orang Mandar. Yang bergumul dan menyatu dengan Mandar dengan segenap lekuk-lekuk irama kebudayaan dan alamnya yang indah nan eksotik. Dengan senyum masyarakat Mandar yang selalu siap merekah kepada setiap pendatang.
Dengan ditemani matahari yang akan tenggelam dan kembali keperaduannya meninggalkan semburatnya dengan warna cantik diatas puncak-puncak perbukitan dan pegunungan. Pengantar lelap dalam tidur panjang di tengah alam Mandar, sebab keesokan harinya kita akan terbangun bersama untuk menatap Polewali Mandar. Menatap Tanah Mandar dengan keanekaragamannya dan keluhuran budayanya sebagai sebuah entitas agung juga luhur.

Sumber: http://www.polmankab.go.id

Kontes Kecantikan ala Suku Mandar Kembali Digelar



Kontes kecantikan gadis ala suku Mandar kembali digelar di Majene, Sulawesi Bara, Sabtu (8/2/2014). Puluhan gadis cantik dari berbagai pelosok desa yang mengikuti kompetisi tahunan ini diarak dengan Sayyang Pattuddu atau kuda yang pandai menari mengikuti irama tetabuhan grup rebana yang menyertainya.

Kalindagdag atau seniman pantun khas Mandar yang setia mengawal peserta di sepanjang rute jalan terus menyanjung gadis cantik andalan mereka yang diperlombakan dalam festival ini.

Suasana kontes kecantikan khas suku Mandar ini tampak meriah. Para peserta kontes merupakan gadis pilihan dari berbagai pelosok desa dan kota di Majene untuk tampil di ajang bergengsi bagi warga suku Mandar ini. Setiap peserta terdiri dari satu grup rebana, Pakalindakdag atau seniman pantun khas Mandar, dan Sayyang Pattuddu atau kuda yang pandai menari lengkap dengan gadis cantik.

Dengan berbusana khas Mandar dan berdandan cantik layaknya calon pengantin, para gadis ini berlomba mencuri perhatian dewan juri dan para penonton agar bisa terpilih menjadi peserta terbaik dan mengalahkan peserta dari dusun dan kecamatan lain. Fokus penilaian tak hanya mengandalkan kecantikan semata. Faktor keberanian peserta menuggang kuda yang ditunjang dengan kemampuan kuda menunjukkan keterampilan menarik, juga menjadi penilaian penting untuk menjadi juara dalam festival kecantikan ala suku Mandar ini.

Tata rias peserta dan kekompakan tim rebana, termasuk Kalindagdag atau seni pantung yang mengiringi setiap peserta, juga menjadi fokus penilaian untuk menentukan peserta terbaik dalam kontes tahunan ini.

Kontes kecantikan serupa juga rutin digelar warga suku Mandar di berbagai kabupaten di Sulawesi Barat seperti Polewali Mandar, Mamuju dan Majene. Ribuan penonton yang tumpah di sepanjang rute jalan yang dilalui peserta tidak hanya memacetkan jalan-jalan desa, tetapi juga jalan protokol seperti jalur trans Sulawesi.

Kontes ini memperebutkan hadiah berupa piagam, dana pembinaan dan lainnya. Namun bagi mereka, hadiah bukan tujuan utama dalam mengikuti kontes ini. Rasa bangga dan senang menjadi juara dalam kontes kencatikan itu lebih penting daripada hadiah.

Panitia pelaksana kontes, Marzuki mengatakan, kontes bergengsi di Majene ini selalu menyedot perhatian ribuan wisatawan lokal dan luar daerah. Bahkan kegiatan ini juga menarik perhatian wisatawan asing di sepanjang rute yang dilalui peserta kontes.

“Pemerintah sedang berupaya mengangkat tradisi khas Mandar ini menjadi salah satu aset wsiata lokal yang diharapkan bisa menyedot perhatian wsiatawan, termasuk wisatawan asing untuk datang ke daerah ini,” ujar Marzuki.


Sumber:  KOMPAS.com

Mengenal Gongga Lima, Alat Musik Tradisional Mandar


PDF Cetak E-mail


Gongga lima adalah sebuah alat atau benda yang didalamnya terdapat dua kata, dan ketika dipisahkan mempunyai pengertian yang berbeda yakni Gongga dan lima. Gongga diartikan sebagai alat itu sendiri sedangkan lima dalam bahasa Mandar adalah Tangan, jika dilihat dari pembagiannya, sangat memperjelas identitas serta eksistensinya yang menjelaskan bahwa  ke duanya membutuhkan satu sama lain.  Gongga lima adalah sebuah alat musik yang termasuk klasifikasi idiopon, idiopon dalam buku Solihing mengatakan sumber bunyinya berasal dari alat itu sendiri (Solihing ibid Hal: 99) ada persamaan dari pemaparan Yayat, mengatakan bahwa idiopon adalah bunyi alat yang menghantar getaran tabuh inti instrument itu sendiri (Yayat Nusantara, seni SMA jilid 1 2003, Hal: 35 ).
gongga lima alat musik tradisional mandar
Bentuk Gongga lima, alat musik tradisional Mandar (Foto : Irwan Syamsir)
Jenis Gongga lima terdapat diwilayah balanipa hampir sama dengan alat musik parappasa dari Gowa Sulawesi Selatan, perbedaan Parappasa dengan Gongga lima dapat dilihat dari penampilan alat itu, dalam pembuatannya bambu dibelah-belah kecil yang ukuran bilahannya hampir sama besar dengan pensil sehingga dalam penampilannya menyerupai sapu lidi, cara memainkannya pun tidak sama dengan Gongga lawe, sebab ketika dimainkan alat ini dibenturkan kebenda lain untuk mendapatkan bunyi.
Dahulu di Mandar sampai sekarang masih dijumpai pekerjaan masyarakat yang pekerjaannya adalah sebagai petani Areng istilah Mandarnya adalah “Passari atau Tosumari”  tempat yang digunakan  untuk mengambil areng disebut “Kokok atau Sue”  (bambu yang panjangnya 1 sampai 1,25 cm, dahulu masyarakat Mandar juga menggunakan alat ini sebagai tempat mengambil air sekarang jergen atau buah bila, menurut Kadatira atau biasa disapa A’bana Fatima mengatakan bahwa pengambil air yang rata-rata pengambilnya adalah seorang gadis selalu diikuti oleh para pemuda saat itu dan ditempat pengambilan air (sumur-sumur kecil) kira-kira pukul 17.00 WITA atau saat terbenamnya matahari,  terkadang pertunjukan Gongga lima berlangsung sebagai media menyampaikan perasaaan seakan memperlihatkan keterampilan mereka, peristiwa itu terjadi sekitar Abad ke 16 atau masa pemerintahan I Manyambungi (raja Mandar yang pertama), dari sumber itu para pemuda membuat alat atau media sebagai bentuk cintannya terhadap sang gadis tersebut. Sehingga menurut beliau Gongga lima hasil dari peristiwa itu, dalam  pembuatanya tidak ada tiruan dari manapun kalaupun  ada persamaan dari daerah lain maka itu secara  kebetulan saja seperti misalnya: Jarumbing, jika dilihat dari bentuk instrumennya maka kita akan melihat persis dengan Gongga lima, dalam sejarahnya ada syair diciptakan pasca peristiwa itu yang diberi judul “ Indo Caawewe” dalam perkembangannya  Gongga lima beralih fungsi hanya sekedar digunakan  sebagai pemuas batin ketika sedang melaksanakan aktivitas menunggu tanaman  dikala senggang. sekarang terkadang alat ini disajikan sebagai penambah bunyi eveck pada sebuah pementasan, baik itu pementasan musik, tari, maupun teater.
Bentuk Penyajian
Dahulu petunjukan Gongga lima diadakan berdasarkan konteks/lomba tetapi tidak direncanakan karena setiap pertunjukannya diadakan secara tiba-tiba dan atas dasar kesepakatan pemain, Kadatira mengatakan jika matahari terbenam malampun tiba menyelimuti suasana kampung saat itu, satu persatu para pemuda berdatangan serta ditangan mereka tidak terlupakan Gongga lima sambil memainkannya, hampir setiap malam terjadi peristiwa itu, jika para pemuda sudah berkumpul maka lomba diadakan pertunjukanpun berlangsung, tidak ada juri/penilai khusus, setiap pemain bertanggung jawab pada apa yang mereka lakukan, tidak ada panggung karena dimana ada pemain disitu ada pertunjukan, atau ditempat-tempat nongkrong, mereka harus sepakat untuk menentukan siapa pemenangnya, hadiah tidak jadi masalah karena pertunjukan hanya bertujuan sebagai pemuas batin dan teman suasana sunyi diperkampungan, kategori pemenang berdasarkan pada kemerduan bunyi gongga dan cara bermain, penilaiannya pun dilakukan melalui jarak jauh dan bukan jarak dekat, bentuk penilaian ini ada hubunngnnya jika telinga ditutup, jadi hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat balanipa  sudah memahami tentang bagaimana bentuk mendengarkan bunyi yang merdu (berkualitas) mereka yang kalah harus mengakui kekalahannya/sportifitas masih dijunjung tinggi saat itu dan yang menang terkadang beruntung sebab Gongga lima terbaik  biasanya ada yang ingin  menukar dengan pohon kelapa,  jadi dalam permainannya tidak pernah ditemukan sara/masalah antar warga tetapi sangat disayangkan, pertunjukan semacam itu sudah tidak ditemukan hingga sekarang disebakan pemain jarang ditemukan, pertunjukan Gongga lima  hanya sekedar penambah bunyi eveck garapan musik yang terkadang dilakukan karena pelestarian budaya.  Tidak ada jenis Gongga lima yang mendasar sebab, dalam penampilannya gongga yang terbuat dari dulu hingga sekarang tidak pernah ditemukan perubahan baik itu secara betuk maupun bunyi, kendati demikian yang perlu diperhatikan pada saat pembuatannya karena harus memilih bahan paten sehingga dapat menghasilkan bunyi yang merdu  dan tidak mudah rusak.
Referensi :

Kompa Dansa Mandar Wilayah Polman Menelusuri Keindahan Tebing Karang dan...



Diterbitkan tanggal 26 Feb 2014

Setelah aksi sadar lingkungan pembersihan pantai Palippis yang dilakukan oleh KOMPA DANSA MANDAR pada tanggal 23 Februari 2014, dilanjutkan dengan pendokumentasian keindahan Pantai Palippis dari sisi lain yaitu dari arah "laut", Pantai Palippis memiliki potensi wisata yang sangat indah, salah satunya adalah "terumbu karang" yang jaraknya tidak jauh dari arah pantai.

Menyambut Festival Sungai Mandar

MUSIK MANDAR, MODERN DAN TRADISIONAL


Menurut legenda Jawa, gamelan lima nada diciptakan oleh para dewa. Gamelan itu dihadiahkan oleh Batara Endra atas perintah Hyang Girinata kepada Sri Maharaja Kano dari negri Purwacarita. Karena itu dinamakan slendro, dari kata surendra. Sedang gamelan tujuh nada diciptakan oleh raja-raja Jawa legendaries sendiri. Yaitu prAbu Jayabaya dari memenang Kediri dan prabu Banjaransari dari Pajajaran.

Sejak masa Sultan Agung gamelan-gamelan yang bertangga nada tradisional telah dihayati oleh masyarakat Jawa, hingga kini di era globalisasi di mana gamelan telah melanglang buana dan dipelajari di Univertas, institute dan sekolah-sekolah kesenian di lebih dari 30 negara di dunia. Sultan Agung dalam Babad Tanah Jawa mengatakan “ Manawa ana putra sentananningsun kang ora wasis ing kagunan gending, ingsun jabake darah Mataram” ( bahwa siapa diantara para putra sentana yang tidak menguasai pokok-pokok roh dalam sastra gending, dianggap bukan sedrah). Tentu saja yang dianggap termasuk roh sastra gending adalah tangga nada karawitan seperti slendro, pelog, sorog, dan madenda.

Sementara seniman-seniman musik Mandar seperti Andi Syaiful Sinrang, Sabanjuddin Yuni, Kamaruzzaman, Samsi Nurdin, Andi Maksun Dai, Asli Latif, Tamrin Siraju, Arifuddin Siraju dll ( dua yang terakhir adalah paman penulis) sejak 1958 telah merubah banyak lagu-lagu Mandar yang tadinya bertangga nada pentatonik-tangga nada asli Mandar- menjadi diatonik. Antara lain lagu-lagu Mandar kreasi baru yang katanya telah dimodernkan itu adalah ; Tenggang-tenggang Lopi, Passurungai Salili, Panjala, Pandi-pandi’di, Batang Rappe, Kellema’, Bura Lattigi, Bura Sendana dan banyak lagi.

Ironisnya lagu yang termasuk dalam kategori klasiek karena mutu dan riwayatnya yang menggambarkan cara merasa orang Mandar, juga disolmisasi alias telah dibaratkan hingga hilang aura dan kharismanya yang mistis tradisional seperti lagu Bura’ Sendana. Padahal komponis Perancis kelas dunia yang revolusioner, Claude Debussy, justru terinspirasi oleh gamelan Jawa atau tangga nada tradisional Indonesia yang dilihat dan didengar dalam pestival budaya di Paris 1888, lalu menciptakan banyak komposisi yang berlandas pada patet karawitan kita. Benyamin Britten menciptakan The Prince of Pagodas. John Cake musisi kontemporer terkenal itu juga menciptakan Prepared Piano yang berangkat dari karawitan Bali.

L. Manik, komponois nasional kita, pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan Desaku, sebelum meninggal telah menyadari kekeliruannya yang pernah berkata “ Gamelan tak membikin perubahan apa-apa sejak berabad-abad lamanya sehingga keadaan dan kedudukannya masih dalam status sederhana alias primitif dan mengahasilkan musik primitif pula”. Sebelum meninggal, atas sponsor suatu lembaga Protestan di Indonesia, telah menata musik ibadah gerejawi dengan konposisi yang sepenuhnya digali dari akar karawitan. Sedangkan kita tahu, tangga nada diatonik barat tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan sikap adorasi gereja terhadap santo dan Tuhan. Do-re-mi-fa-so-la-si dalam kontek gereja Roma adalah Ut quent laxis, Re-sonaro fibris, Mi-ra getorum, Fa-muli tuorum, Sol-ve polluti. La-bii reatum, S-anta I-oannes. Dengan sebuah kredo abadi bahwa suara yang merdu datang dari Tuhan, dengan menyebut nama Santo.

Dengan tak bermaksud untuk melakukan pembedaan yang dikotomik, antagonmistis dan eksklusif, hendaknya kita bisa membedakan mana musik dengan kontek hiburan yang memang telah terlanjur didominasi oleh tangga nada diatonik barat dan irama-irama modern, dan mana musik yang berkonteks adat dan budaya yang mestinya bertangga nada khas Mandar, pentatonik dengan petikan-petikannya yang khas dan unik seperti kembangan, kemayoran dan sayang-sayang. Kita mestinya tahu mana yang modern dan mana yang tradisional, sehingga kita dapat merencanakan perjalanan budaya musik kita yang benar dan tepat ke depan.

Keduanya perlu dan dapat tempat serta punya krdudukan sendiri. Musik tradisional perlu guna peneguhan identitas, karakter dan sksistensi budaya dan kesenian orang Mandar yang unik dan khas. Yang modern bisa memberi hiburan dan rasa kesatuan universal manusiawi dan dalam rangka menyelami budaya dan cara merasa bangsa dan suku lain dalm konteks nasioanalisme.

Minggu, 31 Agustus 2014

Asal Mula Tari Pattudu

Sulawesi Barat (Indonesia)

Sulawesi Barat atau disingkat Sul-Bar termasuk provinsi yang masih tergolong baru di Pulau Sulawesi, Indonesia. Provinsi yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober ini sebagian besar dihuni oleh suku Mandar (49,15%) dibanding dengan suku-bangsa lainnya seperti Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). Maka tidak heran jika adat dan tradisi suku Mandar lebih berkembang di daerah ini. Salah satu tradisi orang Mandar yang sangat terkenal adalah tradisi penjemputan tamu-tamu kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri.
Penyambutan tamu kehormatan tersebut sedikit berbeda dari daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan /pagar ayu/ atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu. Zaman sekarang, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD) dengan menggunakan alat tombak dan perisai yang kemudian diiringi irama gendang. Oleh karena itu, Tari Patuddu yang memperagakan tombak dan perisai ini disebut juga tari perang. Disebut demikian karena sejarah tarian ini memang untuk menyambut balatentara Kerajaan Balanipa yang baru saja pulang dari berperang.
Menurut sebagian masyarakat setempat, Tari Patuddu ini lahir karena sering terjadi huru-hara dan peperangan antara balatentara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang pada masa lalu. Setiap kali pasukan perang pulang, warga kampung melakukan penyambutan dengan tarian Patuddu. Tarian ini menyiratkan makna, ?Telah datang para pejuang dan pahlawan negeri,? sehingga tari Patuddu cocok dipentaskan untuk menyambut para tamu istimewa hingga saat ini.
Namun, ada versi lain yang diceritakan dalam sebuah cerita rakyat terkait dengan asal-mula tari Patuddu. Konon, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah pegunungan di Sulawesi Selatan (kini Sulawesi Barat), hidup seorang Anak Raja bersama hambanya. Suatu waktu, Anak Raja itu ditimpa sebuah musibah. Bunga-bunga dan buah-buahan di tamannya hilang entah ke mana dan tidak tahu siapa yang mengambilnya. Ia pun berniat untuk mencari tahu siapa pencurinya. Dapatkah Anak Raja itu mengetahui dan menangkap si pencuri? Siapa sebenarnya yang telah mencuri buah dan bunga-bunganya tersebut? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisah selengkapnya dalam cerita Asal-Mula Tari Patuddu berikut ini! 
** * ** *
Alkisah, pada zaman dahulu, di daerah Mandar Sulawesi Barat, hiduplah seorang Anak Raja di sebuah pegunungan. Di sana ia tinggal di sebuah istana megah yang dikelilingi oleh taman bunga dan buah yang sangat indah. Di dalam taman itu terdapat sebuah kolam permandian yang bersih dan sangat jernih airnya. Pada suatu hari, saat gerimis tampak pelangi di atas rumah Anak Raja. Kemudian tercium aroma harum semerbak. Si Anak Raja mencari-cari asal bau itu. Ia memasuki setiap ruangan di dalam rumahnya. Namun, asal aroma harum semerbak itu tidak ditemukannya. Oleh karena penasaran dengan aroma itu, ia terus mencari asalnya sampai ke halaman rumah. Sesampai di taman, aroma yan dicari itu tak juga ia temukan. Justru, ia sangat terkejut dan kesal, karena buah dan bunga-bunganya banyak yang hilang. ?Siapa pun pencurinya, aku akan menangkap dan menghukumnya!? setengah berseru Anak Raja itu berkata dengan geram. Ia kemudian berniat untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang telah berani mencuri bunga-bunga dan buahnya tersebut.
Suatu sore, si Anak Raja sengaja bersembunyi untuk mengintai pencuri bunga dan buah di tamannya. Tak lama, muncullah pelangi warna-warni yang disusul tujuh ekor merpati terbang berputar-putar dengan indahnya. Anak Raja terus mengamati tujuh ekor merpati itu. Tanpa diduganya, tiba-tiba tujuh ekor merpati itu menjelma menjadi tujuh bidadari cantik. Rupanya mereka hendak mandi-mandi di kolam Anak Raja. Sebelum masuk ke dalam kolam, mereka bermain-main sambil memetik bunga dan buah sesuka hatinya.
 
Anak Raja terpesona melihat kencantikan ketujuh bidadari itu. ?Ya Tuhan! Mimpikah aku ini? Cantik sekali gadis-gadis itu,? gumam Anak Raja dengan kagum. Kemudian timbul keinginannya untuk memperistri salah seorang bidadari itu. Namun, ia masih bingung bagaimana cara mendapatkannya. ?Mmm...aku tahu caranya. Aku akan mengambil salah satu selendang mereka yang tergeletak di pinggir kolam itu,? pikir Anak Raja sambil mengangguk-angguk.
Sambil menunggu waktu yang tepat, ia terus mengamati ketujuh bidadari itu. Mereka sedang asyik bermain sambil memetik bunga dan buah sesuka hatinya. Mereka terlihat bersendau-gurau dengan riang. Saat itulah, si Anak Raja memanfaatkan kesempatan. Dengan hati-hati, ia berjalan mengendap-endap dan mengambil selendang miliki salah seorang dari ketujuh bidadari itu, lalu disembunyikannya. Setelah itu, ia kembali mengamati para bidadari yang masih mandi di kolam. 
 
Setelah puas mandi dan bermain-main, ketujuh bidadari itu mengenakan selendangnya kembali. Mereka harus kembali ke Kahyangan sebelum pelangi menghilang. Pelangi adalah satu-satunya jalan kembali ke Kahyangan. Namun Bidadari Bungsu tidak menemukan selendangnya. Ia pun tampak kebingungan mencari selendangnya. Keenam bidadari lainnya turut membantu mencari selendang adiknya. Sayangnya, selendang itu tetap tidak ditemukan. Padahal pelangi akan segera menghilang.
Akhirnya keenam bidadari itu meninggalkan si Bungsu seorang diri. Bidadari Bungsu pun menangis sedih. ?Ya Dewa Agung, siapa pun yang menolongku, bila laki-laki akan kujadikan suamiku dan bila perempuan akan kujadikan saudara!? seru Bidadari Bungsu. Tak lama berseru demikian, terdengar suara halilintar menggelegar. Pertanda sumpah itu didengar oleh para Dewa.
Melihat Bidadari Bungsu tinggal sendirian, Anak Raja pun keluar dari persembunyiannya, lalu menghampirinya.
"Hai, gadis cantik! Kamu siapa? Mengapa kamu menangis?" tanya Anak Raja pura-pura tidak tahu.
"Aku Kencana, Tuan! Aku tidak bisa pulang ke Kahyangan, karena selendangku hilang, "jawab Bidadari Bungsu.
"Kalau begitu, tinggallah bersamaku. Aku belum berkeluarga," kata Anak Raja seraya bertanya, "Maukah kamu menjadi istriku?"
Sebenarnya Kencana sangat ingin kembali ke Kahyangan, namun selendangnya tidak ia temukan, dan pelangi pun telah hilang. Sesuai dengan janjinya, ia pun bersedia menikah dengan Anak Raja yang telah menolongnya itu. Akhirnya, Kencana tinggal dan hidup bahagia bersama dengan Anak Raja.
Kencana dan Anak Raja dikaruniai seorang anak laki-laki. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan mereka. Mereka mengasuh anak itu dengan penuh perhatian dan kasih-sayang. Selain mengasuh dan mendidik anak, Kencana juga sangat rajin membersihkan rumah.
Pada suatu hari, Kencana membersihkan kamar di rumah suaminya. Tanpa sengaja ia menemukan selendang miliknya yang dulu hilang. Ia sangat terkejut, karena ia tidak pernah menduga jika yang mencuri selendangnya itu adalah suaminya sendiri. Ia merasa kecewa dengan perbuatan suaminya itu. Karena sudah menemukan selendangnya, Kencana pun berniat untuk pulang ke Kahyangan.Saat suaminya pulang, Kencana menyerahkan anaknya dan berkata, ?Suamiku, aku sudah menemukan selendangku. Aku harus kembali ke Kahyangan menemui keluargaku. Bila kalian merindukanku, pergilah melihat pelangi!? 
Saat ada pelangi, Kencana pun terbang ke angkasa dengan mengipas-ngipaskan selendangnya menyusuri pelangi itu. Maka tinggallah Anak Raja bersama anaknya di bumi. Setiap ada pelangi muncul, mereka pun memandang pelangi itu untuk melepaskan kerinduan mereka kepada Kencana. Kemudian oleh mayarakat setempat, pendukung cerita ini, gerakan Kencana mengipas-ngipaskan selendangnya itu diabadikan ke dalam gerakan-gerakan Tari Patuddu, salah satu tarian dari daerah Mandar, Sulawesi Barat.
* * * 
Cerita rakyat di atas termasuk ke dalam cerita teladan yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satu pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah anjuran meninggalkan sifat suka mengambil barang milik orang lain. Sifat yang tercermin pada perilaku ketujuh bidadari dan Anak Raja tersebut sebaiknya dihindari. Ketujuh bidadari telah mengambil bunga-bunga dan buah-buahan milik si Anak Raja tanpa sepengetahuannya. Demikian pula si Anak Raja yang telah mengambil selendang salah seorang bidadari tanpa sepengetahuan mereka, sehingga salah seorang bidadari tidak bisa kembali ke Kahyangan. Sebaliknya, Anak Raja harus ditinggal pergi oleh istrinya, Bidadari Bungsu, ketika si Bungsu menemukan selendangnya yang telah dicuri oleh suaminya itu. Itulah akibat dari perbuatan yang tidak dianjurkan ini. 
Mengambil hak milik orang lain adalah termasuk sifat tercela. Bahkan dalam ajaran sebuah agama disebutkan, mengambil dan memakan harta orang lain dengan cara semena-mena, sama artinya dengan memakan harta yang haram. Ada banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengambil dan memakan harta orang lain secara tidak halal, di antaranya mencuri, merampas, menipu, kemenangan judi, uang suap, jual beli barang yang terlarang dan riba. Kecuali yang dihalalkan adalah pengambilan dan pertukaran harta dengan jalan perniagaan dan jual-beli yang dilakukan suka sama suka antara si penjual dan si pembeli, tanpa ada penipuan di dalamnya.
Setiap agama menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa menjunjung tinggi, mengakui dan melindungi hak milik orang lain, asal harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal. Oleh karena itu, hendaknya jangan memakan dan mengambil harta orang lain dengan jalan yang tidak halal. 
(sumber asli http://ceritarakyatnusantara.com )
  • Isi cerita diringkas dari Wulandari. Asal-Mula Tari Patuddu. 2005. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
  • Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa
  • Anonim. "Sambut Tamu dengan Tari Patuddu", (http://www.sulbar.com/open.php?page=Tarian, diakses tanggal 16 November 2007). * Anonim. ?Sulawesi Barat?, (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Barat, diakses tanggal 16 November 2007).
  • Anonim. "Perlindungan Islam terhadap Jiwa dan Harta", (http://www.perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=177, diakses tanggal 20 November 2007).

Parrabana Cilik Mandar Menang Di Jakarta



Tim kesenian musik tradisional Sulawesi Barat berhasil memenangkan dua dari tiga kategori pada Festival Nasional Musik Tradisional Anak-anak Nusantara, di Gedung Kesenian Jakarta 2-4 Juli 2009. Berdasarkan kreativitas, orisinalitas, harmoni dan keserasian, permainan rebana yang digabung dengan calong dan gero-gero oleh sepuluh anak-anak Mandar termasuk dalam sebelas besar (tanpa ada urutan kemenangan) pada kategori Penyaji Terbaik dan Musik Terbaik. Adapun yang ketiga tapi utusan Sulbar tak ada didalamnya adalah Materi Terbaik.
Lengkapnya (berdasarkan abjad), Penyaji Terbaik: Bali, Banten, DIY, DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Lampung, Aceh, Sulbar, Sumbar. Pemusik Terbaik: Bangka Belitung, Bali, DKI, Jateng, Jatim, NTB, NTT, Riau, Sulbar, Sulsel, Sulut. Materi Terbaik: Bengkulu, Jambi, Kalbar, Kalsel, Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua, Sumbar, Sumsel, Sulteng.
Adapun Penata Musik Terbaik hanya ada tiga pemenang, yaitu Aceh, NTT, Sumbar.
Apa yang diraih Sulbar merupakan prestasi tersendiri, sebab mendapat dua penghargaan, yang tak semua provinsi mendapatkannya. Bila dikerucutkan, Sulbar masuk sembilan besar dari 28 provinsi yang ikut sebab hanya sembilan provinsi yang mendapat dua penghargaan.
Utusan Sulbar diwakili seniman-seniman cilik dari Tinambung, Polewali Mandar. Tergabung dalam kelompok kesenian Onedo (baca: wando) binaan Sahabuddin Mahganna, budayawan Mandar yang giat dalam penggalian tradisi Mandar, khususnya musik.
Onedo didampingi tim ofisial yang terdiri dari Andi Sami, Rifai Husdar, dan Anca.
Sulbar tampil pada hari pertama, menambilkan seni pertunjukan musik berjudul “Rawanau” (rebanaku). Seniman cilik Mandar memainkan alat musik rebana, calong, dan gero-gero. Penampilannya berhasil memukau penonton yang ditandai dengan tepuk tangan meriah baik di saat antraksi diperlihatkan maupun setelahnya. Sulbar menjadi bintang pada hari pertama, melampaui apresiasi penonton yang diberikan kepada utusan provinsi lain.

Tujuan kegiatan adalah menanamkan kepada generasi muda Indonesia betapa perlunya mencintai dan mempelajari musik tradisional. (mra)

Sumber: http://www.mandarnews.com/2009/07/parrabana-cilik-mandar-menang-di-jakarta/